Pages

Minggu, 23 September 2012

Kisah Negeri Tikus #1


Negeri Tikus Yang Tendensius.
Oleh : Budhis Nataprawira

Selalu ada yang tersindir, bahkan marah ketika membaca tulisan di Negeri Tikus. Bahkan, ada yang menuduh tulisan di Negeri Tikus itu tendensius, menjatuhkan nama baik seseorang,  atau  menyebarkan bau busuk. Hm,  soal tendensius  rasanya semua orang sepakat bahwa itu benar.  Tak ada yang tidak tendensius dari tulisan di Negeri Tikus.  Tetapi, kalau menjatuhkan nama baik seseorang,  hm… belum tentulah.  Nama baik seseorang yang kebetulan perilakunya sama  dengan yang diungkap di Negeri Tikus bukan jatuh  lantaran   rubrik  ini. Tentu, ia jatuh karena perilakunya sendiri yang berbau busuk.   Tulisan di Negeri Tikus barangkali hanya menyampaikan bahwa bau busuk itu ada, persis seperti kentut.  Tercium tapi tak terlihat.

Sangat jelas semua tulisan di rubrik ini tendensius. Lihat saja tulisan  edisi lalu yang berjudul “Pemimpin Baru Negeri Tikus”.  Tendensi tulisan ini sangat gambling. Pemimpin baru  hasil pilkada adalah inkamben yang  selama memimpin memiliki  indikator keberhasilan semu.  Pemimpin baru tak akan membawa perubahan  terhadap peningkatan kesejahteraan rakyat. Pemimpin baru tak akan  menghasilkan aparatur yang bersih  dari korupsi.  Sebuah pendapat pribadi, tentu saja.  Mungkin akan banyak orang yang tidak sependapat. Mungkin pula  lebih banyak orang yang sependapat, he he.  Tak perlu kajian ilmiah untuk pendapat ini, karena pendapat tadi bukan karya ilmiah, apalagi disertasi untuk gelar Doktor.  Peernyataan  diatas juga bukan pidato ilmiah  untuk sebuah gelar professor.  Jadi, tak perlu ada kajian  ilmiah untuk membuktikan kebenarannya.

Lalu, seseorang  berbisik.  Ada seorang yang mengaku tokoh intelektual religius yang  tersinggung oleh tulisan dua edisi lalu. Tulisan itu berjudul “Asal Bukan Orang Jampang”.  Hm, syukurlah kalau tersinggung.  Itu berarti hati nuraninya belum mati.  Tulisan itu memang sangat tendensius.  Tendensinya sangat gambling, ada tokoh yang terlihat hebat  tapi sebetulnya tak hebat.  Kalau ia teriak  tikus kepada  tokoh papan atas di kota Sukabumi, maka ia   sebenarnya mungkin lebih tikus.  Aibnya saja yang belum dibukakan oleh Allah  Yang  Maha Menyempitkan  pandangan dan pemikiran manusia.

Jadi, memang tak terbantahkan bila  tulisan di Negeri Tikus adalah tendensius. Kalau ada  seseorang   yang tersinggung  oleh tulisan di rubrik  Negeri Tikus,  tentu ia layak untuk marah.  Tapi, jika banyak orang beranggapan bahwa  ia tak layak ikut bursa pilkada kota,  ha .. ha… ha…., itu bukan karena tulisan di Negeri Tikus.  Itu tentu karena kapabilitas pribadinya.  Rubrik Negeri Tikus di redguerillas.blogspot.com  saat ini masih terlalu kecil untuk menyebarkan bau busuk seorang tikus calon pemimpin kota.  

Kalau ada tokoh papan atas kota Sukabumi yang tersinggung  oleh tulisan “Asal Bukan Orang Jampang”, lagi-lagi, ia layak untuk marah. Tapi, lagi-lagi harus disampaikan bahwa  Negeri Tikus  masih terlalu kecil  untuk jadi sandungan dalam ambisi ikut bursa pemilihan walikota Sukabumi. Jadi, santai saja. Tak perlu repot repot ngurusi orang kecil  yang seringkali menjadi pemikir kecil di Negeri Tikus. Lalu, kalau  walikota meminta agar para wartawan tidak mengabarkan berita bohong,  ah… ini harus disetujui.  Tetapi, maaf, Negeri Tikus tak pernah menyiarkan berita.  Tulisan di Negeri Tikus hanya cerita yang bisa bohong, bisa imajiner, bisa  juga   hanya issue yang bersumber dari obrolan tukang becak di warung kopi.  Hm,  meski kadang ada benarnya juga. Para pembaca  juga tahu akan hal itu.

Tetapi, jika ada orang Jampang yang marah karena tulisan “Asal Bukan Orang Jampang”,  maka  saya benar-benar harus minta maaf.  Saya mengaku salah dalam membuat judul tulisan.  Seharusnya, tulisan itu saya beri judul, “Asal Bukan Tikus”, he he he.  Saya akan mendukung jika ada orang  Jampang yang berniat ikut pemilihan walikota Sukabumi. Asal ia bukan tikus, tentu saja !.

Jadi,  kesimpulannya adalah satu.  Saya harus membenarkan bahwa tulisan  di Negeri Tikus  adalah tendensius. Harus tendensius.   Insya Allah akan selalu tendensius, titik.  

0 komentar:

Posting Komentar